Geometri dalam Sejarah

Geometri berasal dari 2 kata yaitu geo dan metria. Geo berarti Bumi dan metria berarti Ukuran. Geometri merupakan satu dari matematika pra modern selain pembelajaran tentang angka – angka. Banyak penemu dari geometri. Salah satunya adalah Euklides (325-265 SM). Euklides disebut sebagai “Bapak Geometri” karena menemuka teori bilangan dan geometri. Subyek-subyek yang dibahas adalah bentuk-bentuk, teorema Pythagoras, persamaan dalam aljabar, lingkaran, tangen,geometri ruang, teori proporsi dan lain-lain. Alat-alat temuan Eukluides antara lain mistar dan jangka. Selain Euklides, Archimedes (287-212 SM) pun ikut menyumbang ilmunya dalam bidang geometri, dengan teorinya tentang geometri bidang datar yang dibaginya menjadi tiga bagian yaitu pengukuran lingkaran, kuadartur dari parabola dan spiral. Ada pula Apolonius Appolonius (262-190 SM) yang membuat teorema yang menghubungkan beberapa unsur dalam segitiga.

Secara geografis, ada 5 wilayah di dunia ini yang dapat dijadikan sumber dari munculnya geometri. Keenam daerah tersebut adalah
1.       Babilonia (4000 BC – 500 BC)
Bangsa Babilonia menempati daerah subur yang membentang antara sungai Eufrat dan sungai Tigris di wilayah Timur Tengah. Pada mulanya, daerah ini ditempati oleh bangsa Sumeria. Pada saat itu, 3500 SM, atau sekitar 5000 tahun yang lalu telah hidup sangat maju. Banyak gedung dibangun seperti kota waktu kini. Sistem irigasi dan sawah pertanian juga telah berkembang. Geometri dipikirkan oleh para insinyur untuk keperluan pembangunan.
Pada sekitar seribu tahun kemudian, bangsa babilonia menggantikan posisi Sumeria nebenpai wilayah ini. Kita kenal negara yang dibangun bangsa ini beribukota Babilon. Selain melanjutkan mengembangkan geometri, mereka juga mengenbangkan sistem bilangan yang kini kita kenal dengan ’sexagesimal’ berbasis 60. Kita masih menikmati (dan menggunakan) sistem ini ketika berbicara tentang waktu.
Mereka membagi hari ke dalam 24 jam. Satu jam dibagi menjadi 60 menit. Satu menit dibagi menjadi 60 detik. Kita mengatakan, misalnya, saat ini adalah pukul 9, 25 menit, 30 detik. Kalau dituliskan akan berbentuk pukul 9 25' 30", dan dalam sexagesimal dapat dituliskan sebagai 9 525/6030/3600. Sistem ini telah menggunakan nilai tempat eperti yang tika gunakan dewasa ini (dalam basis 10 bukan dalam basis 60).
Bangsa Babilonia mengembangkan cara mengitung luas dan volume. Diantaranya menghitung panjang keliling lingkaran yang sama dengan tiga kali panjang garis tengahnya. Kita mengenal harga tiga ini mendekati hargap. Rumus Pythagoras juga sudah dikenal pada masa itu.
2.       Yunani (600 BC – 400 BC)
Di Yunani, geometri mengalami masa ’emas’nya. Di Yunanilah, sekitar 2000 tahun yang lalu ditemukan teori yang kita kenal dewasa ini dengan nama teori aksiomatis. Teori derpikir yang mendasarkan diri pada sesuatu yang paling dasar yang kebenarannya kita terima begitu saja. Kebenaran semacam ini kita sebut kebenaran aksioma. Dari sebuah aksioma diturunkan berbagai dalil baik dasar maupun dalil turunan. Dari era ini, kita juga memperoleh warisan buku geometri yang hingga kini belum terbantahkan, yaitu geometri Euclides. Geometri yang kita ajarkan secara formal di sekolah merupakan ’kopi-an’ dari geometri Euclides ini.
3.       Mesir  (5000 BC – 500 BC)
Bangsa Mesir mendiami wilayah yang sangat subur di sepanjang sungai Nil. Pertanian berkembang pesat. Pemerintah memerlukan cara untuk membagi petak-petak sawah dengan adil. Maka, geometri maju di sini karena menyajikan berbagai bentuk polygon yang di sesuaikan dengan keadaan wilayah di sepanjang sungai Nil itu.
4.       Jazirah Arab (600 – 1500)
Di awal perkembangan Islam, para pemimpin Islam menganjurkan agar menimba ilmu sebanyak mungkin. Kita kenal belajaralah hingga ke negeri Cina. Dalam era itu, Islam menyebar di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol, Portugal, dan Persia. Para matematikawan Islam menyumbang pada pengembangan aljabar, asronomi, dan tri gonometri. Trigenometri merupakan salah satu pendekatan untuk menyelesaian masalah geometri secara aljabar. Kita mengenalnya menjadi geometri analitik. Mereka juga mengembangkan polinomial.
5.       Asia (India (1500 BC – 200 BC) dan China (100 BC - 1000))
Di wilayah timur, India dan Cina dikenal penyumbang pengetahuan matematika yang handal. Di India, para matematikawan memiliki tugas untuk membuat berbagai bangunan pembakaran untuk korban di altar. Salah satu syaratnya adalah bentuk boleh ( bahkan harus) berbeda tetapi luasnya harus sama. Misalnya, membuat pangunan pembekaran yang terdiri atas lima tingkat dan setiap tingkat terdiri 200 bata. Di antara dua tingkat yang urutan tidak boleh ada susunan bata yang sama persis. Saat itulah muncul ahli geometri di India. Tentu, bangunan itu juga dilengkapi dengan atap. Atap juga merupakan bagian tugas matematikawan India. Di sinilah berkembang teori - teori geometri.
Seperti cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, matematika (termasuk geometri) juga dikembangkan oleh para ilmuwan Cina sejak 2000 tahun sebelum Masehi (atau sekitar 4000 tahun yang lalu). Kalau di Eropa terdapat buku ‘Unsur-unsur’, geometri Euclides yang mampu menembus waktu 2000 tahun tanpa tertandingi, di timur, Cina terdapat buku ‘Sembilan bab tentang matematika’ yang dibuat sekitar tahun179 oleh Liu Hui. Buku ini memuat banyak masalah geometri. Di antaranya menghitung luas dan volume. Dalam buku itu juga mengupas hokum Pythagoras. Juga banyak dibicarakan tentang polygon. Pembaca juga dapat mencari tahu tentang makna bilangan Sembilan bagi banyak orang Tionghoa di Indonesia. Inilah sekilas sejarah geometri, terutama berbagai negara penyumbang pengetahuan geometri.

Selengkapnya...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 {Read, Learn, Share}